Industri tenun
rakyat (ATBM) di
Desa Cepagan Kecamatan
Warungasem, Kabupaten Batang merupakan
industri yang potensial dan merupakan sentra industri kreatif Alat
Tenun Bukan Mesin (ATBM). Hampir semua masyarakatnya memproduksi syal,
pasmina dan kerudung. Oleh karena itu, Bupati Batang Wihaji menobatkan desa ini
sebagai Kampung ATBM. Bupati Batang mengapresiasi
kepada warga setempat
Desa Cepagan yang telah
melestarikan peninggalan nenek
moyang dengan tetap
berkarya memproduksi Alat Tenun
Bukan Mesin (ATBM)
di tengah persaingan
bisnis yang ketat. Desa Cepagan
juga berpotensi untuk
dijadikan sebagai destinasi
wisata baik wisatawan lokal
maupun mancanegara terkait
dengan “Edukasi Ekonomi Kreatif Tenun”.
Namun
sayangnya, pandemi Covid-19 membuat sebagian besar pengrajin tenun harus
kehilangan pangsa pasar. Bahkan mereka terpaksa harus gulung tikar dan menjual
beberapa peralatan tenun untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Satu diantara
pengrajin tenun, Ahmad Sofa seperti dikutip dari Tribunjateng.com (2020)
menceritakan untuk tetap bertahan di tengah covid-19 memang cukup sulit, karena
sasaran pasar semua telah menutup akses. Pasaran kain tenun tradisional
rata-rata di kota wisata, seperti di bali, Lombok, juga beberapa negara Eropa.
Tapi karena pandemi omset turun drastis sampai 90% karena semua akses ditutup
dan tidak ada permintaan sehingga sangat kesulitan untuk memasarkannya. Salah
satu cara yang paling solutif dalam kegiatan pemasaran di masa pandemi adalah
pemasaran melalui online dengan menggunakan Media sosial.